Pada saat awal-awal mengenal pak Mas’ud (Mas’ud muda), penulis berada di komunitas organisasi mahasiswa (HMI) yang memang beliau sangat dekat dengan anggota-anggota HMI yang saat itu masih sangat bersemangat. Beliau termasuk dosen yang membantu dan mengayomi para aktivis HMI dengan cara memberi bantuan materi maupun non materi. Salah satu kedekatan beliau nampak pada acara aqeqah putra pertama beliau yang mengundang seluruh anggota HMI untuk hadir (acara ini tidak pernah beliau lupakan, karena sampai penulis lulus S3 tahun 2005, beliau selalu mengatakan: “ini lho yang dulu masak kambing saat aqeqah anakku”, sedangkan saat itu penulis hanya membantu saja). Kedekatan dengan beliau selama kuliah S1 terjalin sangat baik karena beliau yang mendekatkan diri dengan kami-kami para mahasiswa. Bahkan sampai hari ini pendamping hidup penulis masih memanggil dengan sebutan “mas Mas’ud”.
Selama penulis menjadi mahasiswa S3 UGM, penulis beberapa kali kerumah beliau untuk ‘curhat’ karena penulis merasa berat kuliah di UGM ini (sempat muntah-muntah karena baca artikel yang tidak ‘mudheng’). Beliau mengatakan bahwa kuliah S3 dimanapun tidak ada yang mudah, harus dilalui dengan suatu perjuangan. Bahkan beliau mengatakan pernah kena maag akut saat kuliah S3 di USA.
Pak Mas’ud………….selalu memberikan kalimat yang menyejukkan saat penulis gelisah dengan proses penyusunan disertasi. Saat-saat penulis mandeg – tidak ada ide untuk menulis, maka penulis “lari” ke pak Mas’ud untuk mendengar cerita dan pengalaman beliau dalam menghadapi suatu masalah.
Saat ujian disertasi, beliau selalu mencairkan suasana. Beliau mengetahui wajah dan sikap penulis yang tegang saat menghadapi ujian disertasi. Maka pak Mas’ud akan siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang serius namun dibawakan dengan penuh humor.
Sifat-sifat inilah yang menjadi ciri khas beliau termasuk pada saat beliau menjadi Ketua Academics Network for Governance (ANIG) sebuah lembaga dibawah Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang menjadi forum komunikasi para Doktor yang memiliki perhatian terhadap impelementasi governance di Indonesia. Sebagai wakil ketua di ANIG, bersama pengurus lainnya yaitu Dr Etty (Bapepam) dan Dr Regina (Bakrie School of Management) penulis banyak mendapat pengetahuan berdasarkan referensi yang dibaca dan pengalaman beliau sebagai praktisi yang berkaitan dengan corporate governance.
ANIG menjadi ikut lesu saat beliau menderita sakit sampai beliau memenuhi panggilan Allah. Beberapa pemikiran dan keinginan beliau melalui program kerja ANIG belum terealisir.
Yogyakarta, April 2010
(Dosen Univ. Trisakti, Sekretaris IAI KAPd, Terbimbing Almarhum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar