Ketika tiba saat perpisahan
Janganlah ada duka
Sebab yang paling kau kasihi dalam dirinya
Mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan
Seperti gunung yang nampak lebih agung
Dari padang dan daratan.
(Kahlil Gibran)

Jumat, 30 April 2010

In Memoriam Prof. Dr. Mas’ud Machfudz: Pengayom yang Menyejukkan

Penulis mengenal pak Mas’ud semenjak penulis menjadi mahasiswa S1 di FE UGM saat beliau masih menjadi asisten dosen. Hubungan penulis dengan pak Mas’ud tidak hanya dengan beliau pribadi secara individual, namun juga dengan keluarga beliau terutama dengan bu Mas’ud yang penulis panggil dengan “mbak Umi”. 

Pada saat awal-awal mengenal pak Mas’ud (Mas’ud muda), penulis berada di komunitas organisasi mahasiswa (HMI) yang memang beliau sangat dekat dengan anggota-anggota HMI yang saat itu masih sangat bersemangat. Beliau termasuk dosen yang membantu dan mengayomi para aktivis HMI dengan cara memberi bantuan materi maupun non materi. Salah satu kedekatan beliau nampak pada acara aqeqah putra pertama beliau yang mengundang seluruh anggota HMI untuk hadir (acara ini tidak pernah beliau lupakan, karena sampai penulis lulus S3 tahun 2005, beliau selalu mengatakan: “ini lho yang dulu masak kambing saat aqeqah anakku”, sedangkan saat itu penulis hanya membantu saja). Kedekatan dengan beliau selama kuliah S1 terjalin sangat baik karena beliau yang mendekatkan diri dengan kami-kami para mahasiswa. Bahkan sampai hari ini pendamping hidup penulis masih memanggil dengan sebutan “mas Mas’ud”.

Kedekatan penulis dengan pak Mas’ud terjadi lagi pada saat penulis mengambil kuliah S3 di UGM pada pertengahan tahun 1999 saat mengikuti matrikulasi. Penulis teringat bagaimana beliau memberikan kuliah Seminar Akuntansi Keuangan dengan sangat menarik (diselingi contoh-contoh yang membuat mahasiswa terpingkal-pingkal). Penulis sempat shock saat dijelaskan teori keagenan (maklum kuliah S2 dari MM, yang jarang baca artikel klasik). Beliau mengatakan kalau calon mahasiswa S3 UGM harus paham tentang teori ini (sambil bercanda tentunya, untuk “nakut-nakuti” penulis). Sambil “nakut-nakuti” beliau sodorkan beberapa buku dan artikel kepada penulis. 

Selama penulis menjadi mahasiswa S3 UGM, penulis beberapa kali kerumah beliau untuk ‘curhat’ karena penulis merasa berat kuliah di UGM ini (sempat muntah-muntah karena baca artikel yang tidak ‘mudheng’). Beliau mengatakan bahwa kuliah S3 dimanapun tidak ada yang mudah, harus dilalui dengan suatu perjuangan. Bahkan beliau mengatakan pernah kena maag akut saat kuliah S3 di USA. 

Ada hal yang selalu penulis ingat saat “curhat”, beliau menunjuk salah satu lukisan di rumah beliau berupa kaligrafi ayat Al Qur’an yang artinya: Sesungguhnya Aku dekat……maka mintalah kepadaKU dan aku akan penuhi permintaanmu, sesungguhnya Allah selalu memenuhi janji. 
Pak Mas’ud………….selalu memberikan kalimat yang menyejukkan saat penulis gelisah dengan proses penyusunan disertasi. Saat-saat penulis mandeg – tidak ada ide untuk menulis, maka penulis “lari” ke pak Mas’ud untuk mendengar cerita dan pengalaman beliau dalam menghadapi suatu masalah.

Saat ujian disertasi, beliau selalu mencairkan suasana. Beliau mengetahui wajah dan sikap penulis yang tegang saat menghadapi ujian disertasi. Maka pak Mas’ud akan siap dengan pertanyaan-pertanyaan yang serius namun dibawakan dengan penuh humor. 

Bagi yang mengenal sosok pak Mas’ud pasti akan meng”iya”kan kalau ada yang mengatakan bahwa beliau adalah pribadi yang baik, ramah, supel, suka humor, suka membantu, mengayomi, menyenangkan, dan seorang muslim yang sangat taat. 

Sifat-sifat inilah yang menjadi ciri khas beliau termasuk pada saat beliau menjadi Ketua Academics Network for Governance (ANIG) sebuah lembaga dibawah Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang menjadi forum komunikasi para Doktor yang memiliki perhatian terhadap impelementasi governance di Indonesia. Sebagai wakil ketua di ANIG, bersama pengurus lainnya yaitu Dr Etty (Bapepam) dan Dr Regina (Bakrie School of Management) penulis banyak mendapat pengetahuan berdasarkan referensi yang dibaca dan pengalaman beliau sebagai praktisi yang berkaitan dengan corporate governance.

Sebagai akademisi tidak dipungkiri beliau sangat rajin membaca buku dan artikel-artikel. Bahkan pada saat beliau di dalam pesawat beliau sering membaca majalah dan seringkali masalah yang relavan dengan GCG disampaikan dan diskusikan. Sebagai praktisi beliau merupakan pelaku langsung implementasi GCG yaitu sebagai Komisaris Utama Bank Tabungan Negara. Beliau memberikan sumbangsih berupa tenaga dan pengetahuan yang dimiliki untuk Bank milik Negara tersebut. Pengalaman beliau inilah yang sering di “share” untuk didiskusikan dengan pengurus ANIG sebagai salah satu dasar penyusunan program kerja di ANIG.
ANIG menjadi ikut lesu saat beliau menderita sakit sampai beliau memenuhi panggilan Allah. Beberapa pemikiran dan keinginan beliau melalui program kerja ANIG belum terealisir. 

Yogyakarta, April 2010

Dr. Khomsiyah, M.M., Ak.
(Dosen Univ. Trisakti, Sekretaris IAI KAPd, Terbimbing Almarhum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar