Sewaktu saya menjadi dosen muda, almarhum pak Mas’ud sebagai senior dengan cara yang bersahaja selalu memberikan bimbingan dan dorongan agar saya dapat mengembangkan kemampuan akademik dengan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Saya sangat terkesan dengan cara beliau memotivasi saya pada saat saya menghadapi keraguan untuk melanjutkan studi program doktor di Amerika Serikat.
Apa kata beliau?
“Dhik Pri, orasah kawatir, wisto, nek Mas’ud we iso ngrampungke re sekolah doktor, sopo wae dosen Ekonomi UGM iki yo mesti iso. Teman-teman di Ekonomi UGM ki kabeh luwih pinter timbang Mas’ud. Wis segera siapkan dan berangkat, tak dukung dan tak bantu apa yang saya bisa”
Begitu yang beliau sampaikan dengan gaya yang bersahaja, tetapi dapat memicu semangat dan menghilangkan keraguan saya. Almarhum pak Mas’ud ternyata sangat konsisten dengan apa yang pernah beliau sampaikan. Beliau sempat mengunjungi saya ketika saya sedang sekolah di Amerika Serikat dan mengajarkan “kiat-kiat” beliau untuk sukses studi dan membantu memfasilitasi pencarian data untuk penelitian yang saya lakukan.
Selain itu, mungkin karena pak Mas’ud juga pernah merasakan dan belum lupa dengan kondisi penghasilan dosen muda yang masih pas-pasan, dengan gaya “mengejek” beliau selalu “menyindir” untuk mengingatkan agar saya juga rajin bekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Saya senang kalau “diejek” dan “disindir” beliau karena ternyata pasti akan diberi “proyek” pekerjaan, berarti tambahan penghasilan. Suatu saat beliau pernah menyampaikan begini: “Aku ki mesakne nemen je nek ndelok dosen-dosen anyar koyok dhik Pri kuwi, lakok ming ono udan wae dho bingung ora iso lungo, mesake nemen isih tergantung karo cuaca,” kemudian beliau tertawa renyah dan bilang “wis sesuk dhik Pri mbiantu aku nandangi gawean iki, ben trus iso tuku mobil, ora tergantung cuaca meneh.”
Begitu cara almarhum pak Mas’ud dengan sungguh-sungguh dan ikhlas memperhatikan saya dan juga adik-adik kolega lainnya.
Dr. Supriyadi, M.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar